Minggu, 15 Januari 2012

KLCC

KLCC
Inilah perjalanan saya yang paling asyik. Tak saya duga jika perjalanan yang ditemani Kak Ira dan Iqbal akan bermuara di KLCC ( Kuala Lumpur Centre ). Ya, gedung kembar yang tepat dilantai ke 44 terdapat jembatan yang menghubungkan keduanya. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 8 waktu Malaysia. Kami berangkat dengan penuh semangat setelah makan pagi bersama Pak Zul, Ibu, Kak Ira, Iqbal, dan menantu Pak Zul. Kami dihantar menantu Pak Shu, sebutan untuk anak laki – laki pertama yang disini berarti menantu Pak Zul. Kami dihantar sampai stesen yang tak berjaga. Sekitar 45 menit menunggu akhirnya datang train pendek yang membawa penumpang ke KLCC. Di train kami banyak bergurau meski berdiri karena sesak nya penumpang.
Sekitar 1 jam lebih sampailah kami di stesen KLCC kemudian lekas kami naik ke Mall yang mewah dan luas. Berputar ke atas, niat hati mau ke Petrosains, salh satu museum teknologi, namun sayang hanya sempat berfoto didepan karena tutup. Duduklah kami di restoran Mall lantai bawah. Setelah kenyang makan lanjut kami berputar kembali hendak keluar untuk berfoto dan menikmati pemandangan menara kembar. Baru saat saya melihat dua gedung yang sejak tadi berada tepat diatas saya yang sama sekali tidak saya sadari. Perkiraan saya kami harus tempuh perjalanan lagi untuk menuju gedung yang sangat terkenal itu. Namun hujan menghadang kami dan menahan kami dibawah atap saja. Hujan segera turun, Alhamdulillah Tuhan mengijinkan aku mengambil gambar disekitar KLCC tenpa hujan mengiringi. Sangat seronok saat itu kami bertiga. Sore sudah mulai tiba, saatnya kami kembali ke stesen. Perjalanan terasa mengantuk saat melalui mall, sangat ingin saya membeli baju yang bergambar gedung kembar yang terpajang di salah satu pedagang kecil tepat di tengah Mall yang dilalui cahaya melewati balkon yang tembus pandang. Tapi ingat saya tak pegang ringgit banyak. Hanya beberapa. Beberapa langkah saya tertinggal Kak Ira dan Iqbal yang asik menonton sepatu tepat disamping penjual cinderamata itu. Kak Ira menawarkan untuk membeli beberapa kenangan untuk keluarga, Alhamdulillah akhirnya pulang tanpa tangan kosong. Hehe,, saya hitung pembagian oleh – oleh ini ternyata memang masih kurang. Kak Ira paham dengan tingkahku yang menginginkan membeli baju lagi, balik lagi lah kami ke penjual yang tadi.. oh senangnya, Kak Ira baik sangat..hmm. langkah demi langkah kami berjalan sampailah dipenjualan koin train. Tanpa penjaga manusia namun begitu tertib stesen ini dalam mengaturnya. Luar biasa. Kapan di Indon akan seperti ini, namun jika di Indon menggunakan mesin seperi ini, pengangguran akan semakin menjadi. Naiklah kami setelah menunggu cukup lama.
Banyak orang China, India, dan turis manca. Tak ketinggalan bangsa melayu sendiri juga ikut memenuhi train ( kereta ). Setengah perjalanan kami lalui, niat hati kami ingin bercanda untuk mengusir penat dengan pura – pura cuek kepada Iqbal, eh Iqbal benar – benar marah dan ngambek. Inilah pertama kali saya melihat Iqbal marah. Pandangannya begitu murung keluar train. Sempat bingung harus berbuat apa. Kak Ira lebih paham dengan menyuruhku mendiamkannya. Namun hati ini benar – benar tak tega melihatnya menangis sendiria. Setiap kali saya berusaha menenangkannya, dia menolak dan menyingkirkan tangan saya.beberapa lama setelah kami diamkan, tertidur dia dengan bersandar di tiang pegangan train. Baru paham saya jika Iqbal memang kecapean. 1 jam lebih akhirnya kami tiba di stesen terakhir. Dengan langkah yang berat kami menuju ke mobil yang telah tiba menjemput. Rupanya suami Kak Ira mengajak Ibu nya dan kembalillah kami ke rumah. Namun sebelumnya mengantar mertua Kak Ira kerumahnya. Tidak banyak cakap dengan saya, hanya beberapa patah kata setelah itu membicarakan yang lain. Tertidur saya tak kuat melawan rasa kantuk. Begitulah seronoknya perjalanan kami ke KLCC. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar