Badminton
Diajak Abang Zizi main badminton seru juga. Walaupun sebenarnya saya kurang pandai bermain badmnton. Tentu saja saya hanya bermain semampu saya. Malam itu hujan dan angin. Namun saya ditemani Iqbal pergi ke lapangan milik daerah yang biasa Abang Zizi main. Kawan – kawan Abang Zizi cukup ramah dan wellcome terhadap saya. Saya berusaha menempatkan diri sesuai keberadaan saya sebagai tamu dari luar. Saya paham dengan kesenangan Abang Zizi, rupanya Kakak saya yang satu ini memang benar – benar hoby main raket dan bulu. Kata Abang sendiri, dia main Badminton di 4 tempat sekitar daerahnya. Dia tidak peduli dengan siapa dia bermain, baik itu pandai atau tidak pandai tetap dia senang. Ini yang bisa aku ambil pelajarannya. Tidak pilih – pilih teman, tujuannya hanya bermain badminton dan mencari banyak kawan. Walaupun dari penilaianku dia diatas rata – rata kemampuannya, namun tidak ada sedikitpun merendahkan yang lain. Dari raket, sepatu, terlihat sekali dia serius dengan hobynya itu. Namun dia main setelah bekerja disalah satu perusahaan elektronik. Kata Pak Zul, Shirazi itu artinya “ kesenanganku” dengan sedikit menyimpulkan, berarti apa yang dia lakukan memang kesenangannya. Pun dalam memilih barang – barang yang dia pakai, tambah Ibu Toyyibah. Semua sepatunya merk “Puma”, karena di memang senang dengan produk itu, juga dengan raket – raketnya yang setiap main dia bawa semua. Mungkin karena dia sudah bekerja atau memang karena dia sengang dengan produknya sehingga dia memiliki barang – barang yang bagus dan mahal, entah. Namun banyak sifat yang bisa aku tiru dri abang Zizi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar